Anatomi Lambung, Fungsi Lambung dan Sekresi Lambung

Lambung Adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafrgma.Semua bagian, kecuali sebagian kecil,terletak pada bagian kiri garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke individu lain. Regia-regia lambung terdiri dari bagian kardia, fundus, bodi organ, dan bagian pilorus.
1) Bagian kardia lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan gastroesofagus).
2) Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.
3) Bodi lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus, yang membentuk dua pertiga bagian lambung. Tepi medial bodi lambung yang konkaf disebut kurvatur kecil; tetapi lateral bodi lambung yang konveks disebut kurvatur besar.
4) Bagian pilorus lambung yang menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum. Antrum pilorus mengarah ke mulut pilorus yang dikelilingi sfingter pilorus muskular tebal.

Histologi Dinding Lambung
Ada tiga lapisan jaringan dasar (mukosa, submukosa, dan jaringan muskularis) beserta modifikasinya.
1) Muskularis eksterna pada bagian fundus dan bodi lambung mengandung lapisan otot melintang (oblik) tambahan. Lapisan otot tambahan ini membantu keefektifan pencampuran dan penghancuran isi lambang.
2) Mukosa membentuk lipatan-lipatan (ruga) longitudinal yang menonjol sehingga memungkinkan peregangan dinding lambung. Ruga terlihat saat lambung kosong dan akan menghalus saat lambung meregang terisi makanan.
3) Ada kurang lebih 3 juta pit lambung di antara ruga-ruga yang bermuara pada sekitar 15 juta kelenjar lambung. Kelenjar lambung yang dinamakan sesuai letaknya, menghasilkan 2 L sampai 3 L cairan lambung. Cairan lambung mengandung enzimenzim pencernaan, asam klorida, mukus, garam-garaman, dan air.

FUNGSI LAMBUNG
1. Penyimpanan makanan
Kapasitas lambung normal memungkinkan adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran. Lambung tidak memiliki peran mendasar dalam kehidupan dan dapat diangkat, asalkan makanan yang dimakan sedikit dan sering.
2. Produksi kimus
Aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus (massa homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan mendorongnya ke dalam duodenum.
3. Digesti protein
Lambung memulai digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida
4. Produksi mukus
Mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk barier setebal 1 mm untuk melindungi lambung dari aksi pencernaan dari sekresinya sendiri.
5. Produksi faktor intrinsik
a. Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel parietal
b. Vitamin B12, yang didapat dari makanan yang dicerna lambung, terikat pada faktor intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin B12 dibawa ke ileum usus
halus, tempat vitamin B12 diabsorpsi.
A. Potongan frontal lambung dari duodenum memperlihatkan anatomi internal dan  eksternal.  B. Mukosa lambung.  C. Kelenjar lambung dari fundus.  D. Sel chief dan sel parietal.
Lambung
Keterangan Gambar
A. Potongan frontal lambung dari duodenum memperlihatkan anatomi internal dan
eksternal.
B. Mukosa lambung.
C. Kelenjar lambung dari fundus.
D. Sel chief dan sel parietal.

6. Absorpsi
Absorpsi nutrien yang berlansung dalam lambung hanya sedikit. Beberapa obat larut lemak (aspirin) dan alkohol diabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam air terabsorpsi dalam jumlah yang tidak jelas.

SEKRESI LAMBUNG
1. Jenis kelenjar lambung
a. Kelenjar kardia ditemukan di regia mulut kardia. Kelenjar ini hanya mensekresi mukus.
b. Kelenjar fundus (lambung) terdiri atas tiga jenis sel.
1) Sel chief (zimogenik) mensekresi pepsinogen, prekursor enzim pepsin. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung,yang kurang penting.
2) Sel parietal mensekresi asam klorida (HCl) dan faktor intrinsik.
(a) Dalam pembuatan HCl, CO2 bergerak ke dalam sel untuk berikatan dengan air dan membentuk asam karbonat (H2CO3) dalam reaksi yang dikatalis oleh anhidrase karbonik
(b) H2CO3 terionisasi untuk membentuk H+ dan HCO3-. Ion bikarbonat keluar dari sel untuk digantikan ion klorida (CI-) dan memasuki sirkulasi sistemik.
(c) Ion hidrogen, bersama ion klorida, secara aktif terpompa ke dalam lambung.

3) Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan HCl atau autodigesti.

c. Kelenjar pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenjar ini mensekresi mukus dan gastrin, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung.

2. Tiga tahap sekresi lambung
Dinamakan sesuai dengan regia tempat terjadinya stimulus. Faktor saraf dan hormon terlibat.

a. Tahap sefalik terjadi sebelum makanan mencapai lambung. Masuknya makanan ke dalam mulut atau tampilan, bau, atau pikiran tentang makanan, dapat merangsang sekresi lambung.

b. Tahap lambung terjadi saat makanan mencapai lambung dan berlansung selama makanan masih ada.
1) Peregangan dinding lambung merangsang reseptor saraf dalam mukosa lambung dan memicu refleks lambung. Serabut aferen parasimpatis menjalar dalam vagus menuju kelenjar lambung untuk menstimulasi produksi HCl, enzim-enzim pencernaan, dan gastrin.
2) Asam amino dan protein dalam makanan yang separuh tercerna dan zat kimia (alkohol dan kafein) juga meningkatkan sekresi lambung melalui refleks lokal.
3) Fungsi gastrin, antara lain:
(a) Gastrin merangsang sekresi lambung.
(b) Gastrin meningkatkan motilitas usus dan lambung.
(c) Gastrin mengkontriksi sfingter esofagus bawah dan merelaksasi sfingter pilorus.
(d) Efek tambahan, seperti stimulasi sekresi pankreas dan peningkatan motilitas usus, juga termasuk fungsi gastrin.
4) Pengaturan pelepasan gastrin dalam lambung terjadi melalui penghambatan umpan balik yang didasarkan pada pH isi lambung.
(a) Jika tidak ada makanan dalam lambung di antara jam makan, pH lambung rendah dan sekresi lambung terbatas.
(b) Makanan yang masuk ke lambung memiliki efek pendaparan (buffering) yang mengakibatkan peningkatan pH dan peningkatan sekresi lambung.

c. Tahap usus
Terjadi setelah kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus yang kemudian memicu faktor saraf dan hormon.
1) Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum sehingga dapat berlangsung selama beberapa jam. Gastrin ini dihasilkan oleh bagian atas (duodenum) usus halus dan dibawa dalam sirkulasi menuju lambung.
2) Sekresi lambung dihambat oleh hormon-hormon polipeptida yang dihasilkan duodenum. Hormon ini, yang dibawa dalam sirkulasi menuju lambung, disekresi sebagai respons terhadap asiditas lambung dengan pH di bawah 2 dan jika ada makanan berlemak. Hormon-hormon ini meliputi gastric inhibitory polipeptide (GIP), sekretin, kolesistokinin (cholecystokinin [CCK]), dan hormon pembersih enterogastron.

DIGESTI DALAM LAMBUNG
Cairan lambung memicu digesti protein dan lemak.
1. Digesti protein. Pepsinogen (disekresi sel chief) diubah menjadi pepsin oleh asam klorida (disekresi sel parietal). Pepsin adalah enzim proteolitik, yang hanya dapat bekerja dengan pH di bawah 5. Enzim ini menghidrolisis protein menjadi polipeptida. Lambung janin memproduksi renin, enzim yang mengkoagulasi protein susu, dan menguraikannya untuk membentuk dadih (curd).
2. Lemak. Lipase lambung (disekresi sel chief) menghidrolisis lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol, tetapi aktivitasnya terbatas dalam kadar pH yang rendah.
3. Karbohidrat. Amilase dalam saliva yang menghidrolisis zat tepung bekerja pada pH netral. Enzim ini terbawa bersama bolus dan tetap bekerja dalam lambung sampai asiditas lambung menembus bolus. Lambung tidak mensekresi enzim untuk mencerna karbohidrat.

KONTROL PADA PENGOSONGAN LAMBUNG
1. Pengosongan distimulasi secara refleks saat merespons terhadap peregangan lambung, pelepasan gastrin, kekentalan kimus, dan jenis makanan. Karbohidrat dapat masuk dengan cepat, protein lebih lambat, dan lemak tetap dalam lambung selama 3 sampai 6 jam.
2. Pengosongan lambung dihambat oleh hormon duodenum yang juga menghambat sekresi lambung dan oleh refleks umpan balik enterogastrikdari duodenum. Faktorfaktor hormon dan saraf ini mencegah terjadinya pengisian yang berlebih pada usus dan memberikan waktu yang lebih lama untuk digesti dalam usus halus.
3. Sinyal umpan balik memungkinkan kimus memasuki usus halus pada kecepatan tertentu sehingga dapat diproses.