Divisi simpatis dan parasimpatis dari SSO mempertahankan homeostasis dengan menyesuaikan fungsi tubuh agar sesuai dengan tingkat aktivitas fisik. SSO mempersarafi sebagian besar organ melalui serat simpatis dan parasimpatis. Contoh organ yang dipersarafi oleh keduanya adalah saluran pencernaan, hati, kandung kemih, dan saluran reproduksi.
Namun, persarafan ganda organ oleh kedua divisi dari SSO tidak bersifat universal. Misalnya, kelenjar keringat dan pembuluh darah dipersarafi oleh neuron simpatis hampir seluruhnya. Selain itu, dimana persarafan ganda ini ada, salah satu divisi mungkin lebih dominan daripada divisi lain. Misalnya, persarafan parasimpatis dari saluran pencernaan lebih dominan dan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada persarafan simpatis.
Dalam kasus dimana kedua neuron simpatis dan parasimpatis mempersarafi organ tunggal, divisi simpatis memiliki pengaruh besar pada kondisi aktivitas fisik dan stres, sedangkan divisi parasimpatis memiliki pengaruh yang lebih besar dalam kondisi istirahat. Meskipun, divisi simpatis tidak aktif selama kondisi istirahat; namun memainkan peran utama selama istirahat dengan menjaga tekanan darah dan suhu tubuh.
Secara umum, selama latihan fisik divisi simpatis mengalirkan darah dan nutrisi ke struktur yang aktif dan menurunkan aktivitas organ yang tidak penting. Hal ini kadangkadang disebut sebagai respon fight-or-flight.
Respon khas yang dihasilkan oleh divisi simpatis selama latihan meliputi berikut ini:
1. Peningkatan laju jantung dan kekuatan kontraksi meningkatkan tekanan darah dan pergerakan darah.
2. Vasodilatasi pembuluh darah otot terjadi selama latihan. Ketika otot rangka atau otot jantung berkontraksi, oksigen dan nutrisi telah digunakan dan produk limbah dihasilkan. Penurunan oksigen dan nutrisi dan akumulasi produk limbah merangsang vasodilatasi. Vasodilatasi menguntungkan karena meningkatkan aliran darah, membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan dan melepaskan produk limbah. Namun vasodilatasi yang berlebihan, dapat menurunkan tekanan darah, sehingga mengurangi aliran darah. Sebaliknya, peningkatan stimulasi pembuluh darah otot rangka oleh saraf simpatis selama latihan menyebabkan vasokonstriksi, yang mencegah penurunan tekanan darah.
3. Vasokonstriksi terjadi pada pembuluh darah dari jaringan yang tidak terlibat dalam latihan. Misalnya, vasokonstriksi pada organ abdominopelvis mengurangi aliran darah melalui mereka, membuat lebih banyak darah yang tersedia bagi jaringan untuk berlatih.
4. Pelebaran saluran udara meningkatkan aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru.
5. Peningkatan pemecahan sumber energi yang tersimpan terjadi selama latihan. Sel otot rangka dan sel hati (hepatosit) dirangsang untuk memecah glikogen menjadi glukosa. Sel otot rangka menggunakan glukosa, dan sel hati melepaskannya ke dalam darah untuk digunakan oleh jaringan lain. Adiposit memecah trigliserida dan melepaskan asam lemak ke dalam darah, yang digunakan sebagai sumber energi oleh otot rangka dan otot jantung.
6. Peningkatan suhu tubuh ketika melatih otot, akan mengahasilkan panas. Vasodilatasi pembuluh darah di kulit membawa darah hangat dekat ke permukaan, dimana panas hilang ke lingkungan. Aktivitas kelenjar keringat meningkat, menghasilkan peningkatan produksi keringat, dan penguapan keringat menghilangkan panas lainnya.
7. Selama latihan, aktivitas organ yang tidak penting menurun. Sebagai contoh, proses mencerna makanan melambat karena kelenjar pencernaan menurunkan sekresinya dan kontraksi otot polos yang mencampur dan memindahkan makanan melalui saluran pencernaan menurun.
Peningkatan aktivitas dari divisi parasimpatis umumnya sejalan dengan kondisi istirahat. Divisi parasimpatis mengatur pencernaan dengan merangsang sekresi kelenjar, meningkatkan pencampuran makanan dengan enzim pencernaan dan empedu, dan menggerakkan material melalui saluran pencernaan.
Divisi parasimpatis mengontrol defekasi dan urinari. Peningkatan rangsangan parasimpatis menurunkan laju jantung, sehingga menurunkan tekanan darah. Peningkatan aktivitas parasimpatis menciutkan jalan udara, pergerakan udara menurun melalui mereka. Ringkasnya, baik divisi simpatis maupun parasimpatis aktif atau tidak aktif secara terus menerus, ada berbagai tingkat regulasi, tergantung pada tingkat aktivitas tubuh.
Perbedaan- perbedaan dalam regulasi dari organ yang sama adalah hasil dari neurotransmiter yang khas dilepaskan oleh serat pascaganglion dan reseptor spesifik pada sel target.
Jalur otonom memiliki dua neuron eferen dalam rangkaian.
Semua jalur otonom (simpatis dan parasimpatis) terdiri dari dua neuron dalam rangkaian (lihat gambar dibawah). Neuron pertama, yang disebut neuron praganglion, berasal dalam sistem saraf pusat dan menjukur ke ganglion otonom di luar SSP. Disana neuron praganglion bersinapsis dengan neuron kedua dalam jalur (neuron pascaganglion). Neuron ini memiliki badansel dalam ganglion dan proyeksi aksonnya ke jaringan target. (ganglion adalah sekelompok badan sel saraf yang berada di luar SSP. Dalam SSP setara dengan inti.
Namun, persarafan ganda organ oleh kedua divisi dari SSO tidak bersifat universal. Misalnya, kelenjar keringat dan pembuluh darah dipersarafi oleh neuron simpatis hampir seluruhnya. Selain itu, dimana persarafan ganda ini ada, salah satu divisi mungkin lebih dominan daripada divisi lain. Misalnya, persarafan parasimpatis dari saluran pencernaan lebih dominan dan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada persarafan simpatis.
Dalam kasus dimana kedua neuron simpatis dan parasimpatis mempersarafi organ tunggal, divisi simpatis memiliki pengaruh besar pada kondisi aktivitas fisik dan stres, sedangkan divisi parasimpatis memiliki pengaruh yang lebih besar dalam kondisi istirahat. Meskipun, divisi simpatis tidak aktif selama kondisi istirahat; namun memainkan peran utama selama istirahat dengan menjaga tekanan darah dan suhu tubuh.
Secara umum, selama latihan fisik divisi simpatis mengalirkan darah dan nutrisi ke struktur yang aktif dan menurunkan aktivitas organ yang tidak penting. Hal ini kadangkadang disebut sebagai respon fight-or-flight.
Respon khas yang dihasilkan oleh divisi simpatis selama latihan meliputi berikut ini:
1. Peningkatan laju jantung dan kekuatan kontraksi meningkatkan tekanan darah dan pergerakan darah.
2. Vasodilatasi pembuluh darah otot terjadi selama latihan. Ketika otot rangka atau otot jantung berkontraksi, oksigen dan nutrisi telah digunakan dan produk limbah dihasilkan. Penurunan oksigen dan nutrisi dan akumulasi produk limbah merangsang vasodilatasi. Vasodilatasi menguntungkan karena meningkatkan aliran darah, membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan dan melepaskan produk limbah. Namun vasodilatasi yang berlebihan, dapat menurunkan tekanan darah, sehingga mengurangi aliran darah. Sebaliknya, peningkatan stimulasi pembuluh darah otot rangka oleh saraf simpatis selama latihan menyebabkan vasokonstriksi, yang mencegah penurunan tekanan darah.
3. Vasokonstriksi terjadi pada pembuluh darah dari jaringan yang tidak terlibat dalam latihan. Misalnya, vasokonstriksi pada organ abdominopelvis mengurangi aliran darah melalui mereka, membuat lebih banyak darah yang tersedia bagi jaringan untuk berlatih.
4. Pelebaran saluran udara meningkatkan aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru.
5. Peningkatan pemecahan sumber energi yang tersimpan terjadi selama latihan. Sel otot rangka dan sel hati (hepatosit) dirangsang untuk memecah glikogen menjadi glukosa. Sel otot rangka menggunakan glukosa, dan sel hati melepaskannya ke dalam darah untuk digunakan oleh jaringan lain. Adiposit memecah trigliserida dan melepaskan asam lemak ke dalam darah, yang digunakan sebagai sumber energi oleh otot rangka dan otot jantung.
6. Peningkatan suhu tubuh ketika melatih otot, akan mengahasilkan panas. Vasodilatasi pembuluh darah di kulit membawa darah hangat dekat ke permukaan, dimana panas hilang ke lingkungan. Aktivitas kelenjar keringat meningkat, menghasilkan peningkatan produksi keringat, dan penguapan keringat menghilangkan panas lainnya.
7. Selama latihan, aktivitas organ yang tidak penting menurun. Sebagai contoh, proses mencerna makanan melambat karena kelenjar pencernaan menurunkan sekresinya dan kontraksi otot polos yang mencampur dan memindahkan makanan melalui saluran pencernaan menurun.
Peningkatan aktivitas dari divisi parasimpatis umumnya sejalan dengan kondisi istirahat. Divisi parasimpatis mengatur pencernaan dengan merangsang sekresi kelenjar, meningkatkan pencampuran makanan dengan enzim pencernaan dan empedu, dan menggerakkan material melalui saluran pencernaan.
Divisi parasimpatis mengontrol defekasi dan urinari. Peningkatan rangsangan parasimpatis menurunkan laju jantung, sehingga menurunkan tekanan darah. Peningkatan aktivitas parasimpatis menciutkan jalan udara, pergerakan udara menurun melalui mereka. Ringkasnya, baik divisi simpatis maupun parasimpatis aktif atau tidak aktif secara terus menerus, ada berbagai tingkat regulasi, tergantung pada tingkat aktivitas tubuh.
Perbedaan- perbedaan dalam regulasi dari organ yang sama adalah hasil dari neurotransmiter yang khas dilepaskan oleh serat pascaganglion dan reseptor spesifik pada sel target.
Jalur otonom memiliki dua neuron eferen dalam rangkaian.
Semua jalur otonom (simpatis dan parasimpatis) terdiri dari dua neuron dalam rangkaian (lihat gambar dibawah). Neuron pertama, yang disebut neuron praganglion, berasal dalam sistem saraf pusat dan menjukur ke ganglion otonom di luar SSP. Disana neuron praganglion bersinapsis dengan neuron kedua dalam jalur (neuron pascaganglion). Neuron ini memiliki badansel dalam ganglion dan proyeksi aksonnya ke jaringan target. (ganglion adalah sekelompok badan sel saraf yang berada di luar SSP. Dalam SSP setara dengan inti.